Don't Show Again Yes, I would!

Bekantan, Si Tuan Belanda dari Sebangau

Oleh: Anak Agung (Pengendali Ekosistem Hutan TN Sebangau)

Bekantan (2)

Bekantan (Nasalis larvatus) merupakan salah satu primata endemik Kalimantan yang dilindungi di Indonesia berdasarkan UU Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No. 5 tahun 1990. Bahkan secara internasional bekantan termasuk dalam CITES (Convention on International Trade in Endangered Speciesof Wild Fauna and Flora) Appendix I, yaitu satwa yang secara internasional tidak boleh diperdagangkan (Gron, 2009 dalam Atmoko,2010). Spesies ini terdaftar sebagai satwa terancam punah karena telah mengalami penurunan populasi di seluruh lokasi sebarannya akibat dari perburuan yang berkelanjutan dan perusakan habitat terus menerus. Angka penurunannya lebih dari 50% (tapi kurang dari 80%), selama 3 generasi terakhir, sehingga sejak tahun 2000 statusnya dalam daftar Red Book of Endengered Species IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Nature Resources) meningkat dari vulnerable menjadi endengered, yaitu jenis yang terancam punah (Meijaard et al., 2008 dalam Atmoko, 2010).Siapa yang tidak mengenal mascot dunia fantasi, dengan hidung mancung dan bulu keemasannya spesies yang dikenal dengan sebutan “Monyet Belanda” ini memang selalu memamerkan keeksotisannya ketika kita memasuki kawasan TN Sebangau.

Bekantan (1)

Morfologi
Bekantan memiliki ciri khusus yang tidak dijumpai pada jenis primata lain, yaitu hidung yang besar dan khas pada yang jantan dan dapat mencapai panjang lebih dari 7,5 cm. Pada bekantan jantan hidung tersebut terus berkembang walaupun bekantan sudah mencapai fase dewasa. Hidung pada jantan dewasa panjang seperti umbi dan melengkung ke bawah. Para ahli ada yang berpendapat bahwa hidung jantan tersebut adalah hasil adaptasi seleksi. Betina lebih tertarik pada jantan yang berhidung besar. Hidung betina dan bekantan muda lebih kecil, kurang lebih seukuran dengan hidung manusia dan mencuat ke atas (Elisa, 2009).

Ciri khas yang lain yang dimiliki bekantan adalah perut mereka yang buncit. Hal ini dikarenakan daun-daunan yang merupakan bahan makanan bekantan mempunyai nutrisi yang rendah, sehingga untuk memenuhi kebutuhan energi dan nutrisinya, bekantan harus makan daun-daunan dalam jumlah yang besar (Suharyo, 2002)

Habitat
Pada umumnya bekantan satwa endemik Kalimantan menyukai habitat hutan lahan basah yaitu di hutan mangrove, hutan rawa gambut. Bekantan hidup secara berkelompok dimana satu kelompok terdiri dari 5-22 individu tergantung ketersediaan pakan pada habitat bekantan tersebut.

Pakan
Makanan utama bekantan terdiri dari daun-daun muda (pucuk) serta sering ditemukan memakan pucuk dari tumpukan mangrove. Kurang lebih dari 5% dari makanannya berupa bunga dan buah, serta 95% berupa daun (Napier and Napier, 1967). Berdasarkan hasil penimbangan bobot kering kotoran bekantan, Bismark (1980) mengemukakan bahwa komposisi makanan bekantan terdiri dari 96,2% pucuk daun, daun muda, tangkai daun dan daun tua, 3,5% biji/buah, kuncup bunga dan kulit kayu, dan 0,3% insekta. Dilihat dari jumlah daun yang dikonsumsi oleh bekantan maka jenis monyet ini diduga sebagai pemakan daun lebih banyak di antara jenis-jenis monyet yang termasuk dalam anak suku Colobinae.

Titik-Sebaran-Bekantan-di-Kalimantan-Meijaard-Nijman-2000

Penyebaran

Bekantan hanya ditemukan di Pulau Borneo, yang masuk dalam tiga negara yaitu Indonesia, Malaysia dan Brunai Darusalam. Penyebaran di Kalimantan (Indonesia) meliputi Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Meijeard & Nijman (2000) dalam Asmanto (2010) melaporkan sebanyak 153 titik penyebaran bekantan di Pulau Kalimantan (Gambar 2)

Penyebaran bekantan di Kalimantan Timur meliputi daerah Tanjung Redeb, Taman Nasional Kutai, Sungai Kayan, Sungai Sepaku, Teluk Balikpapan, Tenggarong, Sanga-Sanga, Sungai Mariam, Delta Mahakam, dan Sungai Kuala Samboja (Bismark, 1995; Atmoko et al., 2007). Soedjoto (2003) dalam Bismark (2009) melaporkan terdapat 18 titikpenyebaran bekantan, yang semuanya berada di luar kawasan konservasi di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.

Sebagai salah satu kawasan pelestarian alam di Kalimantan Tengah, Taman Nasional Sebangau yang di apit oleh dua sungai besar yaitu Sungai Katingan dan Sungai Sebangau, merupakan salah satu habitat bekantan yang terdapat di Kalimantan selain di TN Tanjung Puting. Keberadaan spesies ini di kawasan TN Sebangau hanya dapat di jumpai dibeberapa titik yaitu di Sungai Bulan dan sungai musang. Sedangkan di sungai sebangau keberadaan dari bekantan jarang di jumpai.

Hasil inventarisasi bekantan yang dilakukan oleh Tenaga Fungsional Balai TN Sebangau di Sungai Bulan dan Sungai Musang pada tahun 2013 di peroleh jumlah populasi bekantan ± 116 ekor bekantan (BTNS, 2010) dengan luas plot sampel 40 ha. Ancaman terhadap populasi bekantan di kawasan Taman Nasional Sebangau terutama disebabkan oleh menurunnya kualitas habitat akibat dari kegiatan illegal logging sebelum penunjukan Taman Nasional. Sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas habitat bekantan, Balai TN. Sebangau bekerjasama dengan Dinas Kehutanan, BPDAS Kahayan dan LSM melakukan penanaman jenis tumbuhan pakan bekantan.

Daftar Pustaka
Atmoko 2010. Beberapa Aspek Bio-ekologi Bekantan (Nasalis larvatus Wurmb) Balai Penelitian Kehutanan Samboja, Kalimantan Timur.
Elisa 2009. Studi keanekaragaman Jenis Tumbuhan Pakan Bekantan (nasalis larvatus) Di Taman Nasional Tanjung Puting Kalimantan Tengah (studi kasus di areal research Pondok Ambung ).Institut Pertanian Bogor
BTNS 2010. Laporan Inventarisasi Bekantan di SPTN Wilayah III kasongan

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *