Oleh: Ratna Mariana, Pengendali Ekosistem Hutan TN Sebangau
Rasau (Pandanus helicopus) adalah tumbuhan sejenis pandan yang biasa hidup di tepian sungai dan danau di kawasan rawa gambut. Wilayah sebarannya mencakup Sumatera (termasuk Bangka), Kalimantan dan Semenanjung Malaya hingga Thailand.
Habitat alami tumbuhan rasau berada pada daerah rawa gambut yang memiliki karateristik air unik berwarna hitam seperti air teh namun sangat jernih dan tidak berbau. Rasau berkembang biak melalui tunas dan tumbuh secara menggerombol di tempat-tempat berair dalam seperti di tepi sungai, danau dan rawa, karena sifatnya yang mudah tumbuh tidak jarang pula rasau menjadi tumbuhan pengganggu karena dapat tumbuh rapat hingga menutupi aliran air.
Pertumbuhan rasau dapat mencapai tinggi hingga 6 m, setelah tinggi batang lebih dari 2 m batang akan bercabang satu atau lebih. Daun-daunnya mengumpul di ujung, tersusun spiral dalam tiga baris; helaian daun berbentuk pita dan ditumbuhi duri yang sangat tajam disepanjang tepiannya; daun muda berwarna keputihan hingga kekuningan sedangkan daun yang sudah tua akan berwarna hijau tua. Malai bunga berwarna putih dan berbau harum semerbak sedangkan buahnya bulat sampai lonjong dan terlihat sangat menggiurkan karena hampir mirip buah nangka atau cempedak namun buah rasau tidak dapat dikonsumsi.
Sampai dengan saat ini pemanfaatan tanaman rasau masih sangat sedikit, sebagian kecil orang memanfaatkan daunnya untuk dibuat semacam tikar kasar, namun tidak begitu populer karena sifatnya yang kurang awet. Meskipun kurang begitu populer ternyata pucuk daun rasau atau dalam bahasa lokal disebut “umbut” serupakan salah satu makanan alternatif favorit bekantan dan orangutan.
Bekantan (Nasalis larvatus) merupakan salah satu satwa terancam punah di kawasan TN Sebangau, untuk mengetahui peningkatan species satwa terancam punah maka dilakukan monitoring populasi bekantan sehingga didapatkan data series jumlah individu setiap tahun. Kegiatan monitoring bekantan terakhir dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 31 Maret 2017 di wilayah kerja Resort Muara Bulan SPTN Wiayah III dimana ditemukan ±154 (seratus lima puluh empat) individu.
Kejadian kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 2015 telah merusak habitat bekantan sehingga pohon pakan bagi bekantan semakin berkurang. Keberadaan tanaman rasau yang berada di sepanjang pinggir sungai kebanyakan tidak ikut terbakar karena posisinya yang berdekatan dengan air sehingga umbut tanaman rasau berlimpah dan banyak dikonsumsi oleh bekantan. Lapisan yang lebih tebal pada tangan dan kaki bekantan membuatnya tahan terhadap duri-duri tanaman rasau yang tajam. Bekantan akan mengupas dan mencabut daun paling muda untuk dikonsumsi hal ini membuat ujung tumbuhan rasau menjadi rusak, namun akan tumbuh tunas dan cabang-cabang baru beberapa bulan kemudian pada ujung batang rasau yang rusak tersebut.