Don't Show Again Yes, I would!

Menyusuri Sungai Koran, Mengenal Si Hitam Sebangau

Oleh: Novianti Nugraheni (Penyuluh Kehutanan TN Sebangau)

Susur-Sungai-Koran_-Ismin-Ikhwanur

“Travel is not about places but the people we met and the experience we had”. Ungkapan ini sederhana tapi memberikan arti yang mendalam. Traveling kali ini telah memberi perspektif baru bagi saya, bahwa Sebangau bukan hanya sekedar hutan gambut ataupun orangutan tetapi saya menemukan pesona keselarasan antara alam dan kearifan lokal menyatu dalam pengelolaan konservasi biodiversitas di Taman Nasional ini.

Berbicara seputar Palangkaraya tidak afdol rasanya jika tak menyinggung taman nasional Sebangau. Seberapa banyak kita tahu dan pernah mengunjungi Sebangau? Seberapa banyak yang peduli akan keberlangsungan sebangau sebagai daerah resapan air bagi Palangkaraya? Tahukah anda bahwa Orangutan hanya ada di Pulau Kalimantan dan Sumatera? Sedangkan Ramin adalah flora endemic yang terancam punah dan air sungai sebangau berwarna merah kehitaman karena kandungan tannin yang tinggi?

Tangan yang terlihat kasar, kekar dan bergurat milik Abdullah bergerak lincah mengendalikan kemudi kelotok menyusuri Sungai Sebangau yang meliuk-liuk. Tanaman pandan yang dikenal penduduk setempat dengan sebutan rasau tumbuh rimbun mengapit kanan-kiri sungai yang airnya berwarna merah kehitaman itu. Sesekali saksi hidup keberadaan Sebangau ini menjelaskan tentang kondisi hutan yang mengapit sungai pada saat memandu rombongan kami menyusuri keindahan taman nasional Sebangau.

“Alhamdullilah, belakangan ini air sedang tinggi, jadi kita bisa masuk sampai simpang sungai ” ujarnya kepada kami. Ya memang, Sebangau adalah hutan rawa gambut berkarakteristik seperti spons yang dengan cepat menyerap air saat hujan, tetapi cepat pula melepaskannya saat kemarau dan k arena terbentuk dari material organic berupa sisa tumbuhan itulah mengapa kebakaran rentan terjadi di kawasan yang ditunjuk sebagai taman nasional pada tahun 2004 ini.

Hanya 30 menit dari pelabuhan Kereng Bangkirai sebagai starting point sekaligus pintu gebang memasuki kawasan kami sudah sampai pada jalur trekking. Sebenarnya Sebangau berada pada tiga Seksi Pengelolaan Wilayah yaitu Palangkaraya, Pulang Pisau dan Kasongan, tetapi kali ini karena alasan waktu yang singkat kami kemudian memutuskan untuk mengunjungi lokasi terdekat yaitu Sungai Koran, seksi wilayah Palangkaraya. Untuk mengunjungi sungai Koran pengunjung dapat menyewa kelotok milik masyarakat setempat dengan muatan tiga atau empat orang per kelotok.
Terdapat dua kemungkinan perjalanan bagi pengunjung yaitu musim kemarau pada bulan juli sampai oktober sehingga mudah untuk melakukan trekking di hutan gambut, karena air surut. Sedangkan jika pengunjung ingin hanya sekedar susur sungai memasuki hutan pengunjung dapat melakukan traveling pada bulan desember sampai februari.

Resort-Koran-dilihat-dari-ketinggian

Perjalanan pun dimulai pagi itu, menembus semak dan terkadang kaki salah satu anggota rombongan kami terjerembab ke dalam gambut. Sambil berjalan Pak abdullah sesekali mengenalkan kami beberapa jenis tumbuhan yang digunakan masyarakat setempat untuk obat seperti akar kuning, bajakan kelawet dan sirih hutan yang tersohor serta masih banyak lagi jenis lokal lain yang belum tersentuh ilmu pengetahuan. Tak hanya itu kami juga menemui flora khas Sebangau yang sebelumnya hanya kami baca dari literatur penelitian LIPI saja yaitu ramin (Gonystylus bancanus), jelutung (Dyera costulata), belangeran (Shorea belangeran) tumbuhan tersebut merupakan jenis di tipe hutan primer dan sekunder pada ekosistem hutan rawa gambut yang sudah hampir langka keberadaanya. Sekilas terlihat sekelebat indah sayap burung raja udang, bulunya yang berwarna biru dan kuning tampak kontras dengan hijaunya hutan. Di track ini pengunjung dapat melakukan bird watching, karena laksaan burung menjadikan Sebangau sebagai rumah mereka.Sungguh masyarakat Kalimantan Tengah seharusnya bersyukur memiliki Sebangau sebagai reservoir biodiversitas dan juga penyangga nilai ekologis,ekonomis bentang alam Kalimantan.

Selain flora dan fauna endemic, di jalur trekking ini juga kami juga dapat menyadap langsung getah pohon jelutung sebagai bahan baku permen karet, belajar tentang tanah gambut dan karakteristiknya,mengapa harus ada kanal blocking, dan langsung mengamati pyzomeret alat pengukur tinggi permukaan air. Tak heran kalau Sebangau sering dikunjungi mahasiswa dan pelajar untuk belajar langsung tentang lingkungan

Setelah letih berpetualang di jalur trekking, lapar pun tampaknya tak tertahankan lagi, melanjutkan perjalanan dengan menggunakan klotok kami pun menyusuri sungai Sebangau selama 15 menit untuk selanjutnya makan siang di Pos Jaga Sungai Koran. Di pos Koran kami beristirahat sejenak, hawa semilir dan pemandangan khas rawa gambut menemani kami beristirahat kala itu, selain itu kamipun dapat naik ke atas menara pantau untuk melihat Sebangau dari atas.

Sebelum pulang ke rutinitas sehari-hari dan meninggalkan keindahan Sebangau kami memutuskan untuk berenang di depan pos, merasakan dingin dan sejuknya air gambut menyatu dengan kulit sungguh sensasi yang tak terbeli. Senja yang merona sudah menyapa kami untuk kembali, disepanjang perjalanan pulang kami melihat banyak masyarakat sekitar sibuk mencari ikan, maklum saja Sebangau adalah surganya para penghoby mancing. Tak hanya penghoby mancing, para penghobi fotografi pun dimanjakan disepanjang spot ini, melihat kawasan bekas terbakar dengan akar-akar yang mencuat di atas permukaan,melihat satwa seperti bekantan dan kera ekor panjang bertengger di tepian sungai semakin menambah keindahan Sebangau sore itu.

Mungkin akan lebih asik jika berplesiran dengan mempersiapkan segala sesuatunya dengan detail sendiri, termasuk semua informasi tentang sebuah destinasi, dengan begitu kita dapat memperkaya diri dengan sebanyak-banyaknya pengetahuan, mencatat dan kemudian menemukan sudut pandang yang baru. Dan pada akhirnya saya mengerti slogan “keindahan Sebangau yang tersembunyi” dari kacamata ini.

Waktu terbaik mengunjungi Sebangau :
Musim Kering : Juli – Oktober
Musim Berair : Desember – Februari
Transportasi :
Pesawat Terbang – Angkutan Umum – Perahu sewaan milik masyarakat
Destinasi di TN Sebangau :
1. Sungai Koran (Palangkaraya)
2. SSI (Pulang Pisau)
3. Punggu Alas ( Kasongan)

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *